Minggu, 22 Desember 2013

Teori Penetrasi Sosial


.PENEMU TEORI
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor (1973). Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Ketika kita mengatakan bahwa kita dekat dengan seseorang, kita sering kali bertindak seakan orang lain memahami secara tepat apa yang kita maksudkan. Akan tetapi kejadiannya tidak selalu demikian mengatakan anda dekat atau intim dengan seseorang, mungkin tidak dapat dipahami secara Universal. Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973) mengonseptualisasikan teori penetrasi sosial (Sosial Penetration Teory-SPT) keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan.
 The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi. Teori mereka menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan sebuah proses yang mereka identifikasi sebagai penetrasi sosial. Penetrasi Sosial (Sosial Penetration) merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisisal menuju ke komunikasi yang lebih intim. Menurut Alman dan Taylor, Keintiman disini lebih dari keintiman secara fisik ; dimensi lain dari keintiman termasuk Intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktifitas bersama (West & Turner,2006).
 Proses Penetrasi sosial karenanya mencakup didalamnya perilaku verbal ( kata-kata yang kita gunakan), perilaku nonverbal (postur tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum dsb), dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang didalam lingkungan dsb).
           

Asumsi Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi sosial sudah diterima secara luas melalui oleh sejumlah ilmuwan dalam disiplin ilmu komunikasi. Sebagaian alasan dari daya tarik teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubungan. Meskipun secara sekilas telah disebutkan beberapa asumsi sebelumnya, akan dibahas asumsi-asumsi yang mengarahkan SPT berikut ini:
·         Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
·         Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
·         Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.
·         Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.
Pertama, hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial/kedekatan dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim.perbincangan awal ini mulanya mungkin terlihat tidak penting, tetapi perbincangan semacam ini memungkinkan seseorang untuk menilai pasangannya dan memberikan kesempatan bagi tahapan awal pengembangan hubungan.
Tidak semua hubungan terletak pada titik ekstrem baik tidak intim maupun intim. Bahkan, banyak dari hubungan kita terletak pada suatu titik di antara dua kutub tersebut. Sering kali, kita mungkin menginginkan kedekatan hubungan yang moderat. Contohnya, kita mungkin ingin agar hubungan dengan rekan kerja kita cukup jauh sehingga kita tidak perlu mengetahui apa yang terjadi di rumahnya setiap malam atau berapa banyak uang yang ia memiliki di bank. Akan tetapi, kita perlu untuk mengetahui cukup informasi personal untuk mengetahui apakah ia mampu menyelesaikan bagiannya dlam sebuah proyek tim.
Asumsi kedua dari Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas sepele khusus, para teoretikus penetrasi sosial berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Beberapa orang mungkin memiliki kesulitan untuk menerima klaim ini. Hubungan seperti proses komunikasi bersifat dinamis dan terus berubah tetapi bahkan sebuah hubungan yang dinamis mengikuti standar dan pola perkembangan yang dapat diterima.


Pada asumsi kedua teori ini: hubungan pada umumnya bergerak dalam cara yang teratur dan dapat diprediksi. Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti mengenai arah dari sebuah hubungan atau dapat menduga secara pasti masa depanya, proses penetrasi sosial cukup teratur dan dapat diduga. Sebagimana disimpulkan oleh Altman dan Taylor “ orang tampaknya memiliki mekanisme penyesuaian yang sensitif  yang memampukan untuk memprogram secara hati-hati hubungan interpersonal mereka”
Asumsi ketiga SPT berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Mulanya, kedua hal ini mengkin terdengar aneh. Sejauh ini kita telah membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi, hubungan dapat menjadi berantakan,atau menarik diri (depenetrate), dan kemunduran ini dapat menyebabkan terjadi disolusi hubungan.
Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman dan Taylor menyatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakkan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman. Jika suatu komun ikasi penuh dengan konflik, contohnya, dan konflik ini terus berlanjut menjadi destruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan itu mungkin akan mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh. Para teoretikus penetrasi sosial berpikir bahwa penarikan diri seperti halnya proses penetrasi sering kali sistematis.
Asumsi terakhir menyatakan bahwa pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan.biasanya, informasi yang ada yang di dalam pembukaan diri adalah informasi yang signifikan. Misalnya, mengungkapkan bahwa anda suka bermain piano mungkin tidak begitu penting; membuka informasi yang lebih pribadi, seperti bahwa Anda adalah seorang Katolik dan mendukung kehidupan (anti-aborsi).
Menurut Altman dan Taylor(1973), hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini memungkinkn orang untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan. Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang, dan “membuat diri terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik”
Akhirnya, kita harus melihat bahwa pembukaan diri dapat bersifat strategis dan non-strategis. Maksudnya, dalam beberapa hubungan, kita cenderung untuk merencanakan apa yang akan kita katakan pada orang lain. Dalam situasi lainnya, pembukaan diri kita mungkin terjadi secara spontan.
Model Social Penetration Theory (Altman & Taylor, 1973)
Ø Tahap Pertama (Lapisan Pertama Atau Terluar Kulit Bawang)
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya. Maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.
Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang Kedua)
Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.


Ø  Tahap Ketiga (Lapisan Kulit Bawang Ketiga)
Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.
Ø  Tahap Keempat (Lapisan Kulit Bawang Keempat)
Tahap keempat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.
TAHAPAN PENETRASIAN SOSIAL :
Orientasi
Membuka sedikit informasi tentang diri kita kepada orang lain
 
Pertukaran afektif
Komunikasi yang spontan; penggunaan idiom pribadi
 
Pertukaran stabil
Komunikasi yang efesien; dibangunnya sebuah sistem komunikasi personal
 
 




Orientasi: Membuka Sedikit Demi Sedikit
Tahap paling awal dari interaksi disebut sebagai tahap orientasi (orientation stage) terjadi pada tingkat public; hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pernyataan-pernyataan yang dibuat biasanya hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superficial dari seorang individu orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial.
            Taylor dan Altman (1987) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengevaluasi atau menngkritik selama tahap orientasi. Perilaku ini akan dipersepsikan sebagai ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan merusak interaksi selannjutnya. Jika evaluasi terjadi teoritikus percayya bahwa kondisi itu akan diekspresikan dengan sangat halus. Selain itu, kedua individu secara aktif menghindari setiap konflik seningga mereka mempunyai kesempatan berikutnya untuk menilai diri mereka masing-masing.
Pertukaran Penjajakan Afektif: Munculnya Diri
Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratory affective stage) merupakan perluasan area public dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Para teoritikus mengamati bahwa ini setara dengan hubungan yang kita miliki dengan kenalan dengan tetangga yang baik. Seperti tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan periku verbal dan nonverbal. Orang mungkin menggunakan beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat dalam hubungan. Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individu-individu merasa lebih nyaman dengan satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-hati akan kelepasan  berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan. Selain itu, lebih banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi ( seperti ekspresi wajah) dapat menjadi bagian dari komunikasi dengan orang satunya. Taylor dan Altman mengatakan kepada kita bahwa banyak hubungan tidak bergerak melebihi tahapan ini.
Pertukaran Afektif: Komitmen dan Kenyamanan
Tahap pertukaran afektif (affective exchange stage) termasuk interaksi yang lebih “ tanpa beban dan santai” (Taylor dan Altman, 1987,hal.259) dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat, seringkali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya; para interaktar merasa nyaman satu dengan lainnya.
            Tahap ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik; senyuman mungkin mengggantikan untuk kata “ saya mengerti ”, atau pandangan yang menusuk diartikan sebagai, “ kita bicarakan ini nanti “ kita mungkin juga menemukan individu-individu yang menggunakan idiom pribadi (personal idiom) (hoppe, Knapp, dan Scott,1981), yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan sebuah keintiman melalui kata-kata, frase atau perilaku. idiom ini berbeda dari frase istilah yang kita diskusikan pada tahap pertukaran penjajakan afektif karena idiom-idiom biasanya menggambarkan hubungan yang lebih mapan. Sedangkan frase istilah mungkin dapat muncul pada setiap titik dalam interaksi awal. Kritik,ketidakramahan,dan ketidaksetujuan mungkin ada “tanpa dianggap sebagai ancaman bagi hubungan secara keseluruha” (altman & taylor,1973, hal 139). Oleh karena itu, hamabatan untuk kedekatan dan dihancurkan,tetapi banyak orang tetap melindungi diri mereka dari kondisi untuk menjadi terlalu rentan.
Pertukaran stabil : kejujuran total dan keintiman
Tahap keempat dan terakhir, pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable exchange stage) berhubungan dengan pengungkapan pemikiran,perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkatan keintiman tinggi dan sinkron; maksudnya, perilaku-perilaku di antara keduanya kadang kala terjadi kembali dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasanganya dengan cukup akurat.para teoritikus penetrasi sosial percaya bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komunikasi pada tahap ini alasan untuk hal ini sangat sederhana kedua pasangan ini telah banyak mempunyai banyak kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai untuk membentuk sistem komunikasi pribadinya.sebagai hasilnya,komunikasi,menurut altman dan taylor bersifat efisien.


Kritik dan Penutup
Teori ini sendiri tidak terlepas dari sejumlah kritikan. Ada kritikan yang menyatakan bahwa seringkali cepat-lambatnya suatu hubungan tidak bersifat sengaja atau mampu diprediksikan sebelumnya. Ada kalanya ketika kita dengan terpaksa harus cepat mengakrabkan diri dengan seseorang tertentu, dan kita tidak memiliki pilihan yang lain. Teori tersebut tidak mampu menjelaskan soal ini.
Teori ini juga tidak mengungkapkan persoalan gender dalam penjelasannya. Padahal perbedaan gender akan sangat berpengaruh kepada persoalan keterbukaan-diri dalam relasi interpersonal
Dalam konteks karakteristik masyarakat dan budaya Indonesia, kritik atas Teori Penetrasi sosial dapat di jelaskan oleh bentuk masyarakat Paguyuban, dimana hubungan terbentuk dari sesuatu hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dimana ikatan darah dan keturunan, kekerabatan kedaerahan, rasa gotong royong dalam bertetangga serta kedekatan karena kesamaan agama dan kepercayaan, lebih emndasari terbentuknya hubungan daripada hanya sekedar prinsip untung rugi dalam teori penetrasi sosial ini.


KESIMPULAN

            Teori Penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah hubungan. Teori ini dipopulerkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia. Dalam teori ini Irwin Altman dan Dalmas Taylor menyatakan empat tahapan penetrasi sosial yaitu orientasi, pertukaran penjajakan afektif, pertukaran afektif dan pertukaran stabil.  Teori ini mengambarkan pula suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang diidentifikasi sebagai penetrasi social. Penetrasi social merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komuikasi superficial menuju ke komunikasi yang lebih intim.

Daftar Pustaka:
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003, page 195—213
Littlejohn, Stephen W, 2005, Theories of Human Communication, eighth edition, Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont, USA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar